Kegirangan akan kuasa
Negara Timor Leste menghadapi kondisi politik dan keamanan yang rumit, rapuh dan goyah, di tambah dengan krisis ekonomi yang makin edan membuat penghuni Negeri ini menjadi buas dan tak peduli nyawa terancam.
Para penghuni Negeri ini menanti sebuah perubahan, setelah Pemilihan Presiden dan hingga Pemilihan Parlement. Akan tetapi apa yang terjadi ? kaum borjuis dari Australia, ditamba dengan para pencetus Integrasi serta gagasan dan Skenario Otonomi kembali tertawa terbahak – bahak, akan sebuah hasil kursi di Kabinet pimpinan Xanana Gusmao yang sebelumnya bernaun dibawah Ideologi Fretilin dan muridnya Bapak Ramor Horta yang sebelumnya pula menelan Ideologi Fretilin dan memuculkan kata Mauberismo.............hehehehehhe.....tapi hanyut akan rayuan dan tekanan PATRAUN Australia dan RAJA America untuk mengadu dombakan penghuni Negeri ini
Semua partai tidak mendapatkan suara mayoritas untuk melakukan perubahan, sesuai dengan keinginan penghuni negeri ini, yang haus akan sebuah perubahan akan segala bidang
Akan tetapi Perebutan Kursi panas kekuasaan mulai dari Partai Alianci Mayoritas Parlement yang menguasai kursi di Uma Fukun PN yang melahirkan calon Deputado dan Dputada yang kemunkinan besar hanya mengangkat tangan dan setelah itu pulang dan tidur atau terlebih lagi menikmati liburan bersama keluarga dan melupakan jeritan kaum jelata penghuni negeri ini.
Sebuah pertanyaan yang perlu dijawab oleh tuan – tuan berdasi, yang haus akan kedudukan : mana yang lebih penting, apakah kursi panas dan kekuasaan yang lebih penting atau Nasib rakyat yang selama ini menderita tiada henti ? Tuan, camkan itu, rakyat negeri ini sudah terlalu menderita
Tuan jujunglah tinggi konstitusi dan aspirasi rakyat yang tak mau diperbudak oleh politik ambisius seperti Puisi berikut ini :
Badingkan mana yg lebih mulia dan mana yg lebih hina,
Orang – orang yg memakai dasi berpolitik bagaikan sampah, atau pemulung sampah yg membersihan kotoran – kotoran tapi bukan sampah.
Terbela lah mata melihat apa yang terjadi di kota kita, harga diri tak lagi menjadi hayal utama, sudah mulai kehilangan aura terkikis habis, menyisah kasihkan pesimis, individualistis semakin terlihat jelas,
Mengorbankan, menyiksa kaum jelata,
Berbicara lantang, bertindak laksana ular
Kebodohan, peperangan, itulah yg kau inginkan dari mereka
Hai penguasa sadarlah kau disana terluka dan terhina,
lihatlah air mata mereka
Mencaci, memaki, mencela kata mereka,
kini kau berada disimpang surga neraka
Lepaskanlah keangkuhanmu berkonspirasi
karena Tuhan malas melihat tingkahmu
Pertemuan demi pertemuan, Konspirasi demi konspirasi, penyerangan stetmen politik dan dialog sudah dilakukan tetapi hasilnya Nihil seperti kuda nil yang tak mau bangkit dari lumpur (Massa aullaah) dimana sih hati nurani dan perasaanmu lider politik yang sekarang berkuasa atas kuasa perampasan di bumi lorosae ini ? hei bung kami bukan budak politik.............ok......camkan itu.........Terima kasih
Negara Timor Leste menghadapi kondisi politik dan keamanan yang rumit, rapuh dan goyah, di tambah dengan krisis ekonomi yang makin edan membuat penghuni Negeri ini menjadi buas dan tak peduli nyawa terancam.
Para penghuni Negeri ini menanti sebuah perubahan, setelah Pemilihan Presiden dan hingga Pemilihan Parlement. Akan tetapi apa yang terjadi ? kaum borjuis dari Australia, ditamba dengan para pencetus Integrasi serta gagasan dan Skenario Otonomi kembali tertawa terbahak – bahak, akan sebuah hasil kursi di Kabinet pimpinan Xanana Gusmao yang sebelumnya bernaun dibawah Ideologi Fretilin dan muridnya Bapak Ramor Horta yang sebelumnya pula menelan Ideologi Fretilin dan memuculkan kata Mauberismo.............hehehehehhe.....tapi hanyut akan rayuan dan tekanan PATRAUN Australia dan RAJA America untuk mengadu dombakan penghuni Negeri ini
Semua partai tidak mendapatkan suara mayoritas untuk melakukan perubahan, sesuai dengan keinginan penghuni negeri ini, yang haus akan sebuah perubahan akan segala bidang
Akan tetapi Perebutan Kursi panas kekuasaan mulai dari Partai Alianci Mayoritas Parlement yang menguasai kursi di Uma Fukun PN yang melahirkan calon Deputado dan Dputada yang kemunkinan besar hanya mengangkat tangan dan setelah itu pulang dan tidur atau terlebih lagi menikmati liburan bersama keluarga dan melupakan jeritan kaum jelata penghuni negeri ini.
Sebuah pertanyaan yang perlu dijawab oleh tuan – tuan berdasi, yang haus akan kedudukan : mana yang lebih penting, apakah kursi panas dan kekuasaan yang lebih penting atau Nasib rakyat yang selama ini menderita tiada henti ? Tuan, camkan itu, rakyat negeri ini sudah terlalu menderita
Tuan jujunglah tinggi konstitusi dan aspirasi rakyat yang tak mau diperbudak oleh politik ambisius seperti Puisi berikut ini :
Badingkan mana yg lebih mulia dan mana yg lebih hina,
Orang – orang yg memakai dasi berpolitik bagaikan sampah, atau pemulung sampah yg membersihan kotoran – kotoran tapi bukan sampah.
Terbela lah mata melihat apa yang terjadi di kota kita, harga diri tak lagi menjadi hayal utama, sudah mulai kehilangan aura terkikis habis, menyisah kasihkan pesimis, individualistis semakin terlihat jelas,
Mengorbankan, menyiksa kaum jelata,
Berbicara lantang, bertindak laksana ular
Kebodohan, peperangan, itulah yg kau inginkan dari mereka
Hai penguasa sadarlah kau disana terluka dan terhina,
lihatlah air mata mereka
Mencaci, memaki, mencela kata mereka,
kini kau berada disimpang surga neraka
Lepaskanlah keangkuhanmu berkonspirasi
karena Tuhan malas melihat tingkahmu
Pertemuan demi pertemuan, Konspirasi demi konspirasi, penyerangan stetmen politik dan dialog sudah dilakukan tetapi hasilnya Nihil seperti kuda nil yang tak mau bangkit dari lumpur (Massa aullaah) dimana sih hati nurani dan perasaanmu lider politik yang sekarang berkuasa atas kuasa perampasan di bumi lorosae ini ? hei bung kami bukan budak politik.............ok......camkan itu.........Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar